Guntur

(i)
Langkah kakinya di trotoar sempit itu tidak bersuara.
Lekat-lekat ia pandang sepasang sepatu hitam kelam
yang kini kuyup oleh genangan air mata dan
kilat yang menoreh tanda pada nadinya.

Tetapi, ia memutuskan untuk membuat
kebun bunga di wajahnya: semak mawar pada sela bibir pucat yang lebih sering mengatup
dan bedeng-bedeng bunga matahari pada tiap-tiap bola matanya.

Ia, seorang tukang kebun pemalu yang jujur,
yang selalu bersemoga agar kebun bunganya subur,
dan abai pada kenyataan bahwa ia menjelma guntur.

(25/09/17)

Komentar

Postingan Populer