Menunggu.

Pukul 16.28

Terpaku di depan laptop, daya hidupku sepenuhnya diserap ke dalam layarnya yang berpendar sendu, beradu dengan cahaya senja kala itu.

Menunggu.

Jendela Line tiba - tiba terbuka. Persegi panjang putih berukuran 6 x 11 sentimeter itu muncul menampilkan deretan kata. Dari iklan cuma - cuma hingga serpihan - serpihan memori di tiap obrolannya.

Menunggu.

Jemariku refleks menari diatas keyboard laptop, menyatukan setiap huruf menjadi sebaris nama.
Nama yang selalu tertancap kuat dalam benakku, dalam relungku. Dengan bergetar, kuarahkan pointer pada namanya.

Menunggu.

Tidak ada.
Tidak ada balasan darinya. Kalimat terakhir yang muncul hanya pertanyaanku padanya malam lalu. Pertanyaan yang muncul dari setitik kepolosan dan keingintahuan yang dikelilingi rasa rindu. Pukul 20.05, lontaran pertanyaan sederhana di malam Rabu.

Menunggu.

Linglung, aku membuka timeline. Membaca setiap rutukan tak berarti tentang kefanaan dunia, yang seringkali diselingi gambar promosi atau motivasi pembawa sugesti. Hingga aku berhenti pada namanya yang terselip diantara tumpukan hal - hal sepele yang menjejali timeline sore itu.

Menung...gu.

Pukul 17.57

Untuk sesaat, aku menyadari jantungku terhenti. Hanya sepersekian detik, tapi nyeri sekali. Dadaku dipenuhi oleh rasa muak, rasa rindu, rasa sakit, hingga rasa cinta yang menjadi satu. Melebur, berevolusi menjadi jemari yang terus menerus mengelus dadaku, mendayu - dayu.

Me...nung...gu.

17.59

Satu detik sebelum senja menghilang. Kata 'read' belum juga muncul di jendela obrolan kami.

Tidak tahukah dirinya? Aku menyisipkan rindu di setiap kata - kataku.
Tidak sadarkah dirinya? Aku membisikkan cinta dibalik setiap hurufnya.
Tapi kemana dia? Pangeran yang dulu datang membawa cinta, kini menghilang.


Kemana dia? Kemana?


Bibit cintanya jatuh di negeri orang, terus tumbuh. Membesar. Karena tak ada lagi yang merawatnya, kini bunga - bunga cinta itu secara perlahan melahap setiap memori yang ada, dan menghancurkan kenangan menjadi serpihan - serpihan omong kosong.

..Me..nung..gu.

Detik terus bergulir, namun tiada yang berubah. Obrolan yang masih belum dibalas, begitu juga cinta yang masih membekas. Meninggalkan janji, mimpi, dan memori diawang - awang yang kemudian berhamburan, mengisi setiap sudut relung hati.
Menyebar, namun tak dapat kembali.
Menyebar, namun tak mati.

.......

Bagaimana dengan dirinya? Ah, ya. Fragmen - fragmen tentangku mungkin tiada lagi dibenaknya. Tersapu bersih, tak luput sejengkalpun. Seperti karbon dioksida, ia melepaskanku pergi. Pergi jauh, jauh agar tidak meracuni dirinya lagi. Lalu akupun terbang, terurai di udara.

Menghilang.



-chikamoyr-
=======

Dasar alay hiperbol.

Komentar

Postingan Populer